• Jl. Tgk. Indra No. 062 Dusun Tgk. Indra Gampong Barabung
  • 06517315621
  • gampongbarabung1@gmail.com
INFO
  • SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI GAMPONG BARABUNG KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR

Kisah‘Lockdown’ di Maroko, ke Luar Rumah Harus Ada Surat Izin

28 April 2020 Tim Redaksi Gampong Barabung Artikel Remaja Gampong Barabung Dibaca 477 Kali

ASYRAF MUNTAZHAR, putra Gampong Barabung, Aceh Besar dan Mahasiswa Program Sarjana di Kota Fez, Kerajaan Maroko, melaporkan dari Fez, Maroko

TERHITUNG hampir dua bulan sejak pertama kali Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global pada medio Maret lalu.

Sejak saat itu, banyak negara di dunia memberlakukan kebijakan masing-masing dalam menghindari penyebaran virus mematikan ini, termasuk Maroko. Pemerintah Maroko telah secara bertahap melakukan tindakan penyebaran hingga memberlakukan karantina wilayah secara nasional. Pemberlakukan ini sejak 20 Maret 2020 hingga pembaruan terakhir Maroko akan tetap memberlakukan lockdown hingga 20 Mei 2020 mendatang. Selama masa karantina wilayah ini, Pemerintah Maroko melalui kepolisian negara dan tentara kerajaan secara rutin terus mengontrol ketertiban berlakunya kebijakan-kebijakan yang telah diputuskan. Pengontrolan dilakukan melalui patroli rutin keliling jalan untuk memantau warga yang tetap harus bekerja dan beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, diterapkan juga pemberlakuan izin ke luar rumah dengan mewajibkan setiap warga yang memiliki kepentingan di luar rumah selama karantina wilayah ini, seperti bekerja, belanja kebutuhan pangan, dan lain-lain untuk memiliki surat izin ke luar rumah. Surat tersebut ditandatangani muqaddam dari masing-masing wilayah. Seluruh warga juga diwajibkan memakai masker selama berada di luar rumah, tanpa kecuali. Aktivitas di berbagai fasilitas umum yang tetap diperbolehkan adalah di pasar, kedai swalayan, bank, dan sejenisnya. Namun, ikut dibatasi waktu beroperasinya serta rutin dikontrol oleh petugas yang berwenang. Biasanya mereka akan memantau di setiap sudut dan memastikan bahwa setiap orang tetap memberlakukan prinsip physical distancing.

Dalam kebijakan terbarunya, Kementerian Dalam Negeri Maroko memberlakukan aturan penghentian transportasi malam hari, tak terkecuali sejak pukul 7 sore waktu Maroko hingga pukul 5 pagi selama bulan Ramadhan. Langkah ini lebih maju dibanding sebelumnya yang hanya dilakukan pembatasan seluruh aktivitas luar rumah dengan memberlakukan jam malam terhitung sejak pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. Untuk membantu kelancaran usaha mereka dalam membatasi penyebaran Covid-19 ini, Pemerintah Maroko telah mengumumkan bahwa mereka akan memberlakukan hukuman keras terhadap siapa saja yang tertangkap melanggar ketentuan yang telah berlaku efektif ini. Hukuman yang berlaku berupa denda 300-1300 MAD (sekitar Rp500.000 hingga Rp1.700.000) atau penjara selama 1-3 bulan. Kebijakan karantina wilayah ini tentu diikuti dengan penutupan seluruh fasilitas yang memungkinkan warga untuk berkumpul.

Mulai dari pembatasan akses tempat bisnis seperti restoran, kafetaria, pusat perbelanjaan, hingga fasilitas belajar-mengajar seperti sekolah dan universitas negeri yang sudah diliburkan sejak 13 Maret 2020 hingga waktu yang tidak ditentukan. Selain itu, kuttab (tempat belajar mengaji dan ilmu agama tradisional di Maroko berupa kelompok duduk atau halakah) dan masjid pun tidak lagi beroperasi dan dibuka untuk pemakaian regular. Keputusan yang diambil Pemerintah Maroko tersebut–berupa penutupan masjid dan pembatasan akses luar rumah--tentu akan membuat Ramadhan tahun ini terasa berbeda. Biasanya, pada setiap tahunnya bulan Ramadhan di Maroko selalu dipenuhi dengan kelas-kelas belajar agama gratis dan dibuka untuk umum di berbagai masjid dan tempat pembelajaran lainnya. Praktik serupa tentunya akan sulit untuk dilanjutkan pada Ramadhan tahun ini.

Pemerintah Maroko melalui Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam (Wizarat al-Awqaf wa asy-Syuun al-Islamiyah) dan Dewan Pendidikan Tinggi setempat akhir-akhir ini giat mengampanyekan agar masyarakat tetap berada di rumah selagi terus menjalankan ibadah selama Ramadhan, termasuk shalat Tarawih di rumah masing-masing bersama keluarga. Sejauh ini, respons masyarakat Kerajaan Maroko terhadap kebijakan yang diambil pemerinTah terbilang sangat positif. Mereka tergolong sangat patuh dan kooperatif dalam membantu pemerintah mengatasi penyebaran virus corona ini. Walaupun hingga kini grafik pasien yang positif terpapar Covid-19 ini masih terus naik, namun pemberlakuan lockdown di Kerajaan Maroko diakui sangat berhasil.

Perdana Menteri Maroko, Saadeddine Othmani baru-baru ini menyampaikan kepada media bahwa Kerajaan Maroko sejauh ini telah berhasil menghindari skenario terburuk berkaitan dengan coronavirus ini. Ia menyampaikan bahwa Maroko saat ini bisa saja berada di angka 37.000 pasien yang terpapar positif dengan 5.700 pasien kritis dan 2.500 meninggal dunia. Angka tersebut tentu jauh dari angka terbaru saat reportase ini dirampungkan, tercatat ada 3.500 pasien positif dengan 155 orang meninggal. Jadi, sangat jauh jika dibandingkan dengan kondisi di negara tetangga Kerajaan Maroko dari benua Eropa, seperti Spanyol, Italia, dan Prancis yang jumlah kematiannya tersebab corona sudah menyentuh angka puluhan ribu. Perdana Menteri Othmani juga menyampaikan bahwa hal yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan terus berdoa sembari tetap beraktivitas dari rumah masing-masing.

Baru-baru ini, dalam sebuah sesi wawancara dengan jurnalis Najwa Shihab, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara mana pun di dunia tidak akan berhasil menanggulangi masalah ini tanpa bantuan dari masyarakatnya yang diharapkan untuk terus mengikuti imbauan masing-masing daerah. Tingkat kepatuhan masyarakat tentunya akan sangat berpengaruh pada pengurangan grafik pasien positif tertular wabah ini. Maka sebagai manusia yang baik, sudah sepatutnya kita sadar bahwa terkadang ada kondisi di mana kegiatan kita akan memengaruhi keselamatan nyawa orang lain. Ketika hal itu bisa diantisipasi dengan menahan diri untuk tetap berada di dalam rumah, maka akan sangat bijak jika kemudian kita isi kegiatan harian dengan memaksimalkan waktu bersama keluarga di rumah. Terlebih, kita sudah memasuki bulan suci Ramadhan, insya Allah, segala ibadah yang terus digalakkan selama berada di rumah akan dilipatgandakan. Semoga dengan bercengkerama bersama keluarga dan terus beribadah bersama mereka di rumah, bertambah pula ketakwaan kita dan mendapatkan ampunan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Amin.

Sumber : Serambi Indonesia

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun)
Formulir Komentar (Komentar baru terbit setelah disetujui Admin)
CAPTCHA Image
Isikan kode di gambar